THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 18 Juni 2016

Something Undefined

Chapter I

The Boy with His Charisma

Gue berdiri di tempat yang masih asing. Ya, sekolah baru. Aroma yang tentunya berbeda dari sekolah gue yang dulu. Di sini gue mulai melihat kedamaian dan keramahan. Gue berjalan dengan sedikit kebanggaan yang gue bawa dari badge SMP gue di seragam ini. Gue dari SMP favorit dan sekarang gue masuk SMA favorit. How lucky life it is. Banyak harapan besar yang gue taruh di sini. Gue menginginkan kehidupan yang berbeda dari sekolah gue yang lalu. Tiga tahun masa SMP gue bisa dibilang suram. Kenapa? Karena gue gak punya banyak temen. Di sekeliling gue lihat anak-anak lain menggerombol dengan badge seragam yang sama. Gue lihat sekelompok anak yang kelihatannya asyik banget temenannya. Ada 2 cowok dan beberapa orang cewek. Tiga dari mereka nantinya yang bakal jadi bestfriend gue.
            Seminggu kemudian semuanya sudah memakai seragam putih abu-abu dengan harap-harap cemas menunggu pembagian kelas. Gue selalu berharap dapet kelas dengan embel-embel depan. Kelas A atau B misalnya. Gue cari nama gue di daftar kelas X-1 gak ada, X-2 pun gak ada, sampai akhirnya gue nemu di kelas X-4. Fyuh.. lega banget, seenggaknya gak lebih dari angka 5. Ciara. Itu nama gue. Seorang cewek cupu bin alay tapi manis. Hahaha. Gue gak nyangka kelas X-4 ini bakalan jadi kelas yang super istimewa dalam perjalanan hidup gue.
            Perkenalan dan adaptasi di mulai. Seperti yang gue bilang sebelumnya, gue bangga dengan label alumni ini. Setiap kali ada guru minta sebutin identitas dan berasal dari SMP mana, gue dengan bangga nyebut SMP 2 Sentosa. Walaupun kenyataannya gue menderita di dalemnya. Hurt inside, proud outside. Gue seneng di kelas ini anaknya unik-unik banget beda dari kelas lainnya. Karakter mereka bener-bener hampir semuanya humoris kocak gila. Seminggu pertama seperti biasa ada MOS (Masa Orientasi Siswa). Yang ngisi kakak kelas dari OSIS. Hari sabtu kita-kita disuruh bawa snack entah buat apa. Waktu kakak kelas ngumumin itu, tiba-tiba ada yang nyeletuk dari belakang. “Snack(Snake)? Ntar gigit dong, hi atuuutt..”. Sontak satu kelas nengok ke dia semua terus pada ketawa. Dalam batin gue, gila tu anak kecil-kecil berani juga. Gue inget-inget tuh anak namanya Adit. Posturnya dari atas sampai ke bawah mirip banget sama anak tokoh utama di film Laskar Pelangi. Kecil, keriting dan ya gitu deh. Bukan tipe gue banget.
            Gue duduk sebangku sama temen sekelas gue waktu kelas 3 SMP. Namanya Karmila. Karmila inilah yang bikin gue jadi punya temen. Karena mau gak mau temennya dia kan juga harus temenan sama gue juga. Terbentuklah sebuah geng bernama The Akatsuki yang diketuai oleh seorang penggemar berat naruto namanya Sasa. Kita berdelapan dengan anggota Karmila, Sasa, gue, Verinda, Revi, Andria, Fatin dan Melia. Tentu lah gue yang paling freak di antara mereka. Kepribadian Karmila yang introvert sulit dipahami, Sasa yang pemalu, Verinda yang alay mirip gue, Revi dan Andria yang tomboy gaul gila, Melia yang kocak dan Fatin yang galak plus tukang ngambek. Kita berteman seiring berjalannya waktu, setiap kali ada yang ulang tahun berarti 7 anak dapet makan-makan.
            Hari-hari berjalan dengan normal. Hari ini gurunya pada gak ngisi mata pelajaran jadi kelas free. Ini lah yang ditunggu-tunggu para siswa dalam setiap masa sekolahnya. Samar-samar gue denger seseorang nyanyi pakai gitar di belakang dan suaranya keren banget. Gue noleh ke belakang, ternyata itu Adit. Gue pengen naksir tapi kok bukan tipe gue. Tapi gue sempet terpesona. Gue melting banget sama cowok yang bisa main gitar. Tapi gue terus ngelak, “Ah gak mungkin gue suka sama dia, kecil gitu”. Haha jahat banget ya gue. Gue lihatin dia, dia berhenti nyanyi. Gue balikin muka. Dia nyanyi lagi. Gue lihatin lagi, lihatin teruuuus.. eh dia naruh gitarnya dan bener-bener berhenti nyanyi. Gue pikir dia malu. Terus gue tanyain “Eh kok berhenti?”. Dia cuma senyum malu-malu. Ya sudahlah.

To be continued..